Kalau saja
Kalender tak punya nama hari
Mungkin pohon-pohon tak akan tahu
Sepucuk daun telah gugur
menuruni jalan ini
Ketika terik hari
Menyentuh ujung paling basah, pada
rambut bocah-bocah tepi jalan
Di taman lengang
Gadis kecil menari, pada hampa bunga-bunga
Matanya melekukkan sebuah sungai
yang kerap jadi mimpinya
Sepatu kaca, kaleng-kaleng kaca, atau langit merah muda,
kata-kata yang ingin
Sementara kunang-kunang
Menelip cahaya, di ranting pilu
Memainkan lampu-lampu kuning
diantara gelas-gelas bir
dengan canda atau tawa yang percuma
Mungkin kelak sayapnya
Lekas senyap
Ketika suara denting
bergulir, jadi busa bir
yang sia-sia
Dan kalau saja kalender tak punya nama hari
Mungkin memang ada seseorang
Memanggil kita di ujung tikungan
Membawakan hari yang lebih dari hari
Sepotong es krim biru muda, dan bunga-bunga
untuk taman lengang
untuk setiap orang
Kepada segala ingin
Pohon-pohon hijau
Dan kaleng-kaleng kecil
Segalanya tak berjarak
Ketika tak ada lagi nama hari
Sebab kelak
Mungkin tak ada kecupan atau selimut tidur
Untuk kita
-Frischa Aswarini-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar